Tuesday 20 August 2013

Faktor gagal dalam berwirausaha

Ada beberapa faktor yang menyebabkan kegagalan wirausaha. Faktor-faktor ini perlu diketahui dan dipelajari oleh wirausaha agar usahanya berjalan dengan lancar.

Hasil beberapa penelitian menunjukkan kalau faktor gagal yang paling tinggi adalah :
  1. Faktor manajemen, termasuk didalamnya manajemen keuangan, bagaimana mengelola uang, arus kas. Bisnis kecil sekalipun punya arus kas yang harus dikelola dengan baik.
  2. Perencanaan yang baik. Perencanaan yang tidak harus rumit, seperti rencana bisnis perusahaan besar. Yang penting rencana bisnis itu bisa dilakukan sebagai pedoman untuk mencapai target.
  3. Tidak memiliki positioning. Bahasa bisnisnya "tidak tahu ada dimana, dan mau kemana nantinya". Padahal mengetahui positioning sangat penting untuk menentukan langkah ke depan.
  4. Tidak punya strategi harga yang baik. Dalam hal ini menentukan harga terlalu murah, sehingga untung tidak besar. Sementara kalau harga terlalu mahal, pembeli tidak banyak.
  5. Permodalan.

Untuk itu, wirausaha sukses perlu mengetahui virus-virus yang bisa menyebabkan kegagalan.
virus itu adalah :
1. Terlalu optimis, terlalu percaya diri.
2. Tidak melakukan promosi dengan tepat.
3. Mengabaikan persaingan.
4. Tidak paham dengan kelemahan sendiri.
5. Pengalaman kurang memadai.
6. Karyawan (SDM) tidak tepat.
7. Kurang kontrol terhadap bisnis

Seorang wirausaha harus mau terus belajar, tidak cepat puas, dan selalu melakukan evaluasi.


Monday 19 August 2013

Analisa Laporan Keuangan (Cash Is The king)

Dengan mengikuti analisa laporan keuangan akan dapat:

1. Memahami dasar-dasar laporan keuangan.
2. Mengambil keputusan yang tepat disemua area didalam perusahaan.
3. Mengetahui tindakan yang harus diambil untuk mendatangkan cash lebih banyak.
4. Mengetahui asset yang menghasilkan dan yang tidak.
5. Cara merubah profit menjadi cash.

Ikuti workshopnya selama 2 hari tgl 20-21 september 2013 tahun 2013
klik disini.

Analisa Laporan Keuangan (Neraca/ Income Statement)


Neraca merupakan salah satu bentuk laporan keuangan yang harus dimiliki oleh perusahaan. Neraca menunjukkan posisi keuangan yang dimaksud adalah harta (aktiva), kewajiban (passiva) dan modal (ekuitas). Penyusunan neraca biasanya didasarkan atas tingkat likuiditas dan tanggal jatuh tempo. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa secara garis besar neraca menggambarkan jumlah harta di posisi aktiva serta jumlah hutang dan modal di posisi pasiva.

Beberapa komponen harta yang termasuk dalam posisi aktiva antara lain :

1. Aktiva lancar, terdirin dari :
    a. Kas
    b. Bank (rekening giro dan tabungan)
    c. Deposito berjangka
    d. Surat-surat berharga
    e. Piutang atau kredit yang diberikan.
    f.  Persediaan
    g. Biaya yang dibayar dimuka.
    h. Pendapatan yang masih harus diterima.
    i.  Serta aktiva lancar lainnya.
2. Penyertaan
3. Akriva tetap, terdiri dari :
    a. Aktiva tetap berwujud, yaitu tanah, mesin, bangunan, peralatan, akumulasi penyusutan dan aktiva tetap
        lainnya.
    b. Aktiva tidak tetap, yaitu goodwill, hak cipta, lisensi, merek dagang
4. Aktiva lainnya, terdiri dari : gedung dalam proses, tanah dalam penyelesaian, piutang jangka panjang, uang
    jaminan, uang muka investasi.

Beberapa komponen hutang (kewajiban) dan modal (ekuitas) yang termasuk dalam passiva, antara lain :
1. Hutang lancar (kewajiban jangka pendek), terdiri dari hutang dagang, hutang wesel, hutang bank, hutang pajak, biaya yang masih harus dibayar, hutang seawa guna usaha, hutang deviden, hutang lancar lainnya.
2. Hutang jangka panjang, terdiri dari : Hutang hipotek, hutang obligasi, hutang bank jangka panjang, hutang dari lembaga keuangan jangka panjang, dan sebagainya.
3. Ekuitas, terdiri dari : modal saham, saham, laba ditahan, dan modal sumbangan.

Penulisan neraca dalam laporan keuangan memiliki 3 bentuk yaitu :

1. Bentuk skontro (account form)

    Bentuk ini mirip seperti huruf "T" dimana sisi aktiva berada di sebelah kiri sedangkan passiva (kewajiban
    dan ekuitas) berada di sebelah kanan, seperti terlihat pada contoh.

2. Bentuk laporan atau vertikal (report form)

    Dalam bentuk ini, neraca disusun secara berurutan dari atas ke bawah, mulai dari aktiva lancar, aktiva
    tetap, aktiva lainnya, kemudian diikuti kewajiban (hutang) jangka pendek, kewajiban jangka panjang,
    serta ekuitas.

3. Bentuk lainnya yang disesuaikan dengan berbagai kebutuhan dan posisi keuangan masing - masing
    perusahaan.

Analisa Laporan Keuangan (Jenis Laporan Keuangan)

Laporan keuangan yang harus disajikan oleh beberapa terdiri dari beberapa jenis, yang masing-masing memiliki bentuk standar dan berisi hal-hal yang telah ditentukan. Jenis laporan keuangan tersebut meliputi :
1. Neraca,
2. Laporan Rugi Laba,
3. Laporan arus kas,
4. Laporan perubahan modal.

Friday 16 August 2013

Analisa Laporan Keuangan (Pengertian ROE)


Pengertian ROE Return Of Equity merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur laba bersih setelah pajak dengan modal sendiri, sekaligus menunjukkan tingkat efesiensi penggunaan modal sendiri. Semakin tinggi nilai rasio ini maka perusahaan tersebut semakin baik karena posisi perusahaan semakin kuat

Rumus ROE                                                  
                       

                       ROE = Rp 20.000.000 x 100% = 95,3 %
                                   Rp 10.500.000

Kesimpulan :

Hal ini berarti bahwa jumlah modal yang dimiliki perusahaan mampu menghasilkan laba sebesar 95,3 % dari total modal yang dimiliki tersebut (sangat baik).

Mau ROE cepat balik dan mendapatkan Modal banyak KLIK DISINI dijamin anda dapat uang untuk modal bisnis
Mau jadi Entrepreneur Muda dan menjadi wirausaha sukses Klik disini akan diikutkan program bagaimana memulai bisnis tanpa modal, dan cepat menghasilkan uang. (GARANSI)

Untuk Analisa Laporan Keuangan termasuk pengertian ROE bisa mengikuti seminarnya tgl 20-21 Juli 2013 di Hotel Intercontinental Slipi Jakarta klik disini.

atau ikuti seminar cara memulai bisnis tanpa modal KLIK DISINI

Analisa laporan keuangan (Pengertian ROI)

Pengertian ROI (Return On Investment)
Menurut Munawir (1195:89) ROI (Return On Investment) adalah salah satu bentuk dari rasio profitabilitas yang dimaksudkan dapat mengukur kemampuan perusahaan dengan keseluruhan dana yang ditanamkan dalam aktiva yang digunakan untuk operasinya perusahaan untuk menghasilkan keuntungan.

Besarnya ROI dipengaruhi oleh dua faktor :

A. Tingkat perputaran aktiva yang digunakan untuk operasi

B. Profit Margin, yaitu besarnya keuntungan operasi yang dinyatakan dalam prosentase dan jumlah penjualan bersih. Profit Margin ini mengukur tingkat keuntungan yang dapat dicapai oleh perusahaan dihubungkan dengan penjualannya.

Menurut Abdullah Faisal (2002:49) ROI ini sering disebut Return On Total Assets dipergunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam menghasilkan keuntungan dengan menggunakan keseluruhan aktiva yang dimilikinya.

Kelebihan dan Kelemahan ROI

Menurut Abdullah (2002:50) kelebihan ROI antara lain:

1.Selain ROI berguna sebagai alat control juga berguna untuk keperluan perencanaan. ROI dapat digunakan sebagai dasar pengambilan keputusan apabila perusahaan akan melakukan ekspansi.

2.ROI dipergunakan sebagai alat ukur profitabilitas dari masing-masing produk yang dihasilkan oleh perusahaan. Dengan menerapkan sistem biaya produksi yang baik, maka modal dan biaya dapat dialokasikan ke dalam produk yang dihasilkan oleh perusahaan, sehingga dapat dihitung masing-masing.

3.Kegunaan ROI yang paling prinsip adalah berkaitan dengan efisiensi penggunaan modal, efisiensi produk dan efisiensi penjualan. Hal ini dapat dicapai apabila perusahaan telah melaksanakan praktik akutansi secara benar dalam artian mematuhi sistem dan prinsip-prinsip akutansi yang ada.

Menurut Abdullah (2002:51) kelemahan ROI antara lain:

1.Mengingat praktek akutansi dalam perusahaan seringkali berbeda maka kelemahan prinsip yang dihadapi adalah kesulitan dalam membandingkan rate of return suatu perusahaan dengan perusahaan lain.

2.Dengan menggunakan analisa rate of return atau return on investment saja tidak dapat dipakai untuk membandingkan dua perusahaan atau lebih dengan memperoleh hasil yang memuaskan.

Cara menghitung ROI :

Secara sederhana Return On Investment (ROI) dapat didefinisikan sebagai sebuah perhitungan yang memungkinkan suatu usaha untuk menentukan jumlah usaha yang diterima dari penanaman sejumlah modal yang berupa uang atau sumber daya. Persamaan yang biasa digunakan untuk menghitung laba atas investasi ialah

ROI = (laba atas investasi-investasi awal)       x 100 %
                        investasi 

ROI = Rp 20.000.000 x 100%   = 90,9%
           Rp 22.000.000

Kesimpulan :

Hal ini berarti bahwa jumlah aktiva yang dimiliki perusahaan mampu menghasilkan laba sebesar 90,9 % dari total aktiva yang dimiliki tersebut sangat baik


Cara mudah menghitung Return On Investment (ROI):

1.Hal pertama yang harus Anda lakukan ialah memperoleh informasi dasar yang diperlukan, yaitu laba atas investasi.

2.Selanjutnya ialah Anda harus mengetahui apa saja yang menjadi investasi awal. Investasi awal diasumsikan meliputi uang yang dibelanjakan dan waktu yang dihabiskan karyawan.

3.Kini Anda dapat memulai untuk membuat persamaan.

4.Setelah memastikan persamaan tersebut terisi dengan benar, Anda dapat menghitung ROI.

Sebuah contoh kasus:

Perusahaan A berinvestasi sebesar Rp 500 juta dalam sebuah usaha peluncuran produk baru. Setelah peluncuran produk itu, perusahaan A menerima jumlah penjualan sebesar 900 buah. Jumlah dana dari penjualan baru yang mencapai angka Rp 600 juta.

Langkah pertama yaitu menemukan jumlah laba atas investasi yang sebesar Rp 100 juta. Langkah kedua ialah dengan mengetahui jumlah investasi awal Rp 500 juta. Langkah ketiga yaitu menyusun persamaannya:

laba atas investasi = ((Rp 600 juta - Rp 500 juta)/ Rp 500 juta) x 100 = 20%

Seringkali kita hanya berfokus pada margin keuntungan atas produk atau jasa, akan tetapi kita seharusnya juga menghitung ROI secara akurat untuk mendapatkan kepastian dan keyakinan bahwa usaha yang dijalankan mampu terus berkembang. Dalam menjalankan bisnis, seorang entrepeneur harus memperhatikan jumlah dana yang harus diinvestasikan dalam mencapai target penjualan, jumlah margin keuntungan yang diperoleh dan bagian dari margin keuntungan tersebut yang akan digunakan untuk mengembangkan bisnis. Apabila investasi yang dilakukan hanya menghasilkan margin keuntungan yang sedikit, maka usaha tersebut akan mengalami kesulitan untuk berkembang di masa yang akan datang dan bahkan dalam jangka panjang akan mengalami kegagalan.


Sumber: Management.co.id

Analisa Laporan Keuangan (Profit Margin)


Jenis-jenis Rasio Profit Margin Rasio profit margin dapat dibedakan menjadi tiga macam sebagai berikut :

1. Gross Profit Margin RatioGross profit margin ratio menurut Munawir (2001:99) dapat dihitung dengan rumus:


Gross profit margin ratio

Ratio gross profit margin mencerminkan atau menggambarkan laba kotor yang dapat dicapai setiap rupiah penjualan, atau bila ratio ini dikurangkan terhadap angka 100% maka akan menunjukan jumlah yang tersisa untuk menutup biaya operasi dan laba bersih. Data gross profit margin ratio dari beberapa periode akan dapat memberikan informasi tentang kecenderungan gross profit margin ratio yang diperoleh dan bila dibandingkan standar ratio akan diketahui apakah margin yang diperoleh perusahaan sudah tinggi atau sebaliknya.

2. Net Profit Margin RatioNet profit margin ratio menurut Riyanto (1999:37) dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut :


Net profit margin ratio

Besar kecilnya rasio profit margin pada setiap transaksi sales ditentukan oleh dua faktor, yaitu net sales dan laba usaha atau net operating income tergantung kepada pendapatan dari sales dan besarnya biaya usaha (operating expenses). Dengan jumlah operating expenses tertentu rasio profit margin dapat diperbesar dengan memperbesar sales, atau dengan jumlah sales tertentu rasio profit margin dapat diperbesar dengan menekan atau memperkecil operating expensesnya.

3. Operating Profit Margin RatioSelisih antara net margin ratio (ratio laba bersih dengan penjualan) dengan 100% menunjukan presentase yang tersisa untuk menutup harga pokok penjualan dan biaya operasi, persentase yang tersisa ini dinamakan operating margin ratio atau ratio antara (harga pokok penjualan + biaya operasi) dengan penjualan bersih (Munawir, 2001:100). Sehingga operating margin dapat dihitung dengan rumus:


Operating profit margin ratio

Operating ratio mencerminkan tingkat efesiansi perusahaan, sehingga ratio yang tinggi menunjukan keadaan yang kurang baik karena berarti bahwa setiap rupiah penjualan yang terserap dalam biaya juga tinggi, dan yang tersedia untuk laba kecil. Tetapi ratio yang tinggi mungkin tidak hanya disebabkan oleh faktor intern yang dapat dikendalikan oleh manajemen, tetapi juga faktor ekstern misalnya faktor harga yang sulit dikendalikan oleh manajemen.

ikuti seminar cara memulai bisnis KLIK DISINI

sumber : http://www.kajianpustaka.com/2012/11/rasio-profit-margin.html#ixzz2c7SIoIiO 

SELAMAT DATANG, SELAMAT BERKUNJUNG

DAPATKAN INFO BISNIS SEMINAR TRAINING MOTIVASI TERBARU

DAPATKAN INFO MITRA BISNIS, INFO ENTREPRENUR, INFO BISNIS

ADD PIN 57BD201A untuk Info Bisnis dan Silahkan isi form untuk info lebih lanjut

MENGGUNAKAN BLOG karena ingin menunjukkan bisnis tanpa modal