Tuesday, 29 January 2013

coach versus business Coach



Coach versus Business Coach
 


Dengan munculnya tren profesi Coach ini, membuat permainan semakin menarik, Diluar Olahraga yang tentunya lebih umum memiliki seseorang Coach ada yang menekuni Life Coach, Business Coach, Love Coach, Career Coach. Dan kurangnya informasi, aturan yang berlaku dimasing-masing negara, serta asosiasi mengenai profesi yang digeluti, tentunya membuat ketidak seragaman Coaching itu sendiri. Sehingga dengan sangat mudahnya, seseorang menaruh predikat Coach pada kartu namanya, tanpa mempertimbangkan standarisasi yang berlaku sebagai seorang Coach.

Ada beberapa Lembaga Sertifikasi yang diakui oleh dunia, untuk profesi Coach ini, ICF ( International Coach Federation ), CCF ( Certified Coaches Federation ), IAC ( International Assosiation of Coaching ), ASTD ( ), dan masih banyak lagi lembaga yang mensertifikasi Coaching ini. Pilihan kami jatuh pada ICF yang secara kredibilitas, Usia yang paling tua dan Coverage Area yang telah menjangkau lebih dari 100 negara.

Terlepas dari Coach itu sendiri, saya melihat adanya permintaan yang berbeda antara negara barat dengan negara timur. Bilamana dinegara barat, profesi seorang coach tidak dicampur adukkan dengan profesi lainnya, seperti seorang trainer, mentor, terapis, maupun konsultan. Dinegara timur, profesi seorang Coach dianggap sama saja. Seorang Coach diharapkan dapat menjadi figur bagi kliennya. Ekspektasi klien terhadap Coach begitu tinggi, dan hal itu membuat Coach harus mempunyai ilmu lainnya yang akan menjadi nilai tambah tersendiri bagi dirinya dalam menangani klien dengan berbagai permasalahannya.

Figur Otoritas ini demikian tingginya ditempatkan oleh Klien, sehingga umur juga menjadi salah satu faktor penentu keberhasilan seorang coach. Yang pastinya dengan usia muda, 25 sd 30 tahun, tentunya akan menjadi pertanyaan bagi klien, apa yang dapat meyakini mereka, seorang coach dapat menyelesaikan permasalahan yang terjadi pada perusahaan yang bahkan umur perusahaan itu sudah melebihi usia Coach itu sendiri.

Misalnya, seorang Career Coach yang baru berusia 25 tahun menjadi seorang coach bagi kliennya, yang sudah sekian lama bekerja di perusahaan tanpa karir yang jelas, sedangkan umur klien sudah mencapai 35 tahun. Atau seorang Business Coach yang memiliki klien yang berusia 20 tahun lebih tua dengan usia bisnis dan skala yang sangat matang. Keragu-raguan tentunya akan timbul pada saat pertama mereka dipertemukan. Pertanyaan-pertanyaan yang umum akan segera dilontarkan mereka berkaitan mengenai pengalaman dan credential yang minim.

Bukan berarti usia 25 tahun menjadi sebuah penghalang anda untuk menekuni profesi ini. Dan belum tentu usia 25 tahun menjadikan dirinya tidak memiliki pengalaman coaching itu sendiri. Contohnya, ada seorang Coach yang berusia 40 tahun, dan profesi itu baru digelutinya 1 bulan. Apakah lantas, dia akan mendapat klien dan membimbing kliennya lebih mudah ? Tentu saja jawabannya TIDAK ! Namun dengan usia 25 tahun, dimana Coach tersebut sudah menekuni profesi ini sejak umur 22 tahun, dengan pengalaman membangun bisnis kecil-kecilan dari usia 17 tahun, dan telah memiliki jam terbang coaching selama lebih dari 2000 jam, dan jam terbang mengoperasikan bisnisnya lebih dari 5000 jam. Pastinya hal ini akan membuat percaya diri yang sangat tinggi. Jadi jawabannya adalah JAM TERBANG !. bukan berarti usia yang lebih tua akan membuat seorang coach lebih piawai.

Congruent, hal inilah yang menjadi penentu keberhasilan seorang Coach dinegara Timur. Menjalankan terlebih dahulu apa yang akan dibimbing, tentunya akan menjadi sebuah kombinasi pengalaman yang akan menjadi nilai tambah yang sangat besar kepada klien yang dilatihnya. Dengan hal inilah sebuah Empati akan muncul kepada klien dalam membangun hubungan yang lebih dekat antara Coach dengan Klien.

Pernah saya mendengar dari klien saya, tentang coach yang melatihnya, sebelum bertemu dengan saya. Dia mengutarakan, betapa tidak pedulinya coach dia terhadap permasalahan yang sedang terjadi pada bisnisnya. Dikarenakan kesepakatan yang sudah terjadi dari kedua belah pihak untuk tidak komplain satu sama lainnya, disuatu ketika, 1 kontainer barang yang dipesan dari luar negeri terhambat di pabean, karena tidak adanya izin impor. Dengan bermaksud untuk mencari jalan keluar untuk dapat menyelesaikan masalah ini, diapun melontarkannya kepada Coach. Namun dikarenakan kurangnya empati dari coach, sehingga pernyataan mengenai tidak bolehnya komplain pun dilontarkan. Bingung menanggapi hal ini, klien hanya dapat menahan rasa kesalnya, sambil berpikir buat apa kalau begitu saya membayar dia sebagai seorang coach. Pertanyaan saya, apakah coach itu tahu kondisi klien yang terpuruk dikarenakan barang persediaan yang sudah habis, dan pesanannya terhambat, membuat bisnis dia mandek. Dan berapa kerugian yang ditanggung atas kejadian itu. Bukankah Coach bertanggung jawab untuk membantu klien mencari jalan keluar dari permasalahan yang dihadapi oleh klien ?

Walaupun demikian, Empati juga akan sekaligus menjadi bumerang bagi Coach, apabila empati yang diberikan melebihi dari batas dan kode etik yang berlaku sebagai seorang Coach. Dalam kasus-kasus tertentu, rasa iba, kasihan dan perhatian yang lebih akan menuju pada salah persepsi dan perbandingan-perbandingan. Yang tentunya hal ini akan menyebabkan masalah baru lainnya. Kode etik menjadi sebuah hal yang sangat penting dalam hal ini, misalnya : Seorang Coach tidak menjalin hubungan personal dengan kliennya, Coach tidak menjadi partner dagang dengan kliennya, dan masih banyak kode etik lainnya yang akan menjaga objektifitas seorang coach tentunya.

Hal yang kontradiktif yang justru akan terjadi dengan jam terbang dikedua profesi ini, justru akan lebih sering muncul yang namanya mentoring. Ada beberapa klien yang suka meminta pendapat karena malas berpikir, mereka punya kecendrungan untuk meminta pendapat terus menerus, tanpa perlu memeras otaknya. Hal ini akan menyebabkan kelelahan yang tidak diperlukan oleh seorang Coach dalam melatih kliennya. Dan kebalikannya, justru ada klien yang tidak suka diberikan pendapat oleh coachnya. Empowering jarang terjadi dengan mentoring, sehingga pada saat mentoring diberikan, sepatutnya Coach harus meminta izin terlebih dahulu kepada klien, serta menyertakan pernyataan “ mungkin pendapat yang akan saya utarakan ini bekerja kepada diri saya dan beberapa orang yang sudah memakai cara itu, namun belum tentu bekerja untuk anda “. Hal ini akan menyelamatkan kredibilitas coach di masa depan.

Anda ingin menjadi coach, atau mau mendapatkan free bisnis coaching klik disini, atau hubungi PT Formula Bisnis Indonesia dengan nomer 021-583 583 33

4 comments:

  1. Way сoοl! Sοme extremely valid pоints!

    I aрpreсіatе yоu
    writіng this wгіte-up and alѕo the reѕt of the site іѕ аlso rеally
    goοԁ.

    My web ρage ... coaching-frankfurt.npage.de
    Here is my weblog - Coaching Business Frankfurt a.M.

    ReplyDelete
  2. Awesomе things hеrе. Ι'm very satisfied to see your post. Thanks so much and I'm loοking aheаԁ
    to tοuch you. Will уou kindly ԁгοp me
    a mail?

    Here is my ωeb blog; Coaching Systemisches in Frankfurt am Main

    ReplyDelete
  3. I enjoy what уοu guys are up too. Τhis sort of
    clever work аnd reporting! Keеp uр the ѕupегb wоrks guys I've added you guys to my own blogroll.

    Have a look at my homepage Darmstadt Rosenhöhe Parken

    ReplyDelete
  4. good article in discussing business issues. especially now that is a developing era, high expertise is needed to be successful. I recommend this business ebook so that business can be more successful

    ReplyDelete

SELAMAT DATANG, SELAMAT BERKUNJUNG

DAPATKAN INFO BISNIS SEMINAR TRAINING MOTIVASI TERBARU

DAPATKAN INFO MITRA BISNIS, INFO ENTREPRENUR, INFO BISNIS

ADD PIN 57BD201A untuk Info Bisnis dan Silahkan isi form untuk info lebih lanjut

MENGGUNAKAN BLOG karena ingin menunjukkan bisnis tanpa modal